Menjadi Wakil Rakyat atau Partai
Jujur kita katakana bahwa kinerja wakil rakyat masih jauh dari harapan untuk menyejahterakan rakyat. Aspirasi rakyat nyaris terkunci oleh aneka persoalan yang terjadi pada wakil rakyat. Tidak banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan rakyat. Padahal, jeritan rakyat dengan kemiskinannya memerlukan jembatan yang kokoh dan tangguh melalui wakilnya agar keinginan mereka menjadi prioritas utama.
Fanatisme partai ternyata masih melekat dalam tindak tanduk wakil rakyat, Pola pikir yang cenderung berusaha untuk menggemukkan partai yang mengusungnya menjadi wakil rakyat. Sulitnya melepaskan atribut partai pengusung inilah yang menyebabkan macetnya pengesahan RUU untuk kepentingan rakyat.
Seharusnya, ketika sudah menjadi wakil rakyat fanatisme partai dipinggirkan, lebih fokus pada upaya peningkatan dan perbaikan kehidupan rakyat. Amanah rakyat jauh lebih berat karena tanggung jawabnya adalah dunia dan akhirat.
Wakil rakyat adalah orang yang terpilih, maka sepatutnya memberikan keteladanan yang terpuji, agar rakyat menyaksikan tempatnya wakil rakyat itu sesuatu yang damai, sejuk, menentramkan, sehingga tumbuh aspirasi rakyat yang santun.
Memang, wakil rakyat itu bukanlah manusia yang sempurna. Namun berusaha maksimal menepis fanatisme partai akan melahirkan semangat kebersamaan dan tekad yang kuat untuk meningkatkan dan memperbaiki kinerja.
Saat ini jutaan rakyat menantikan adanya perubahan dan perbaikan nasib mereka dengan lahirnya perundangan-undangan yang lebih berpihak pada rakyat.
Posting Komentar