SEJARAH TURUNNYA AL QURAN
Makalah
Disusun dalam rangka tugas dan disampaikan
dalam seminar kelas pada mata kuliah
Ulumul Quran
Oleh :
Muhamad Akli
Nim : 11.0212.0828
Dosen Pengampu
Prof. DR. H.A. Fahmy Arief, MA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
PROGRAM PASCASARJANA
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
BANJARMASIN
2011
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat taufiq dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul Sejarah Turunnya Al Quran
Tujuan penulisan makalah ini, disamping untuk memenuhi tugas pada mata kuliah ‘Ulumul Quran, juga sebagai bagian dalam upaya menambah wawasan pengetahuan dan lebih memahami sejarah turunnya Al Quran.
Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan di dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh itu, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik tenaga maupun pikiran dalam penyelesaian makalah ini. Amiin yaa Rabbal ‘alamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iii
SEJARAH TURUNNYA AL QURAN
A. Pendahuluan…………………………………………………………. 1
B. Proses Turunnya Al Quran………………………………………….. 2
C. Cara Al Quran Diturunkan ( Diwahyukan )…………………………. 4
D. Periodisasi Turunnya Al Quran…………………………………….. 6
E. Kesimpulan………………………………………………………….. 10
F.
iii
Daftar Bacaan……………………………………………………….. 11
SEJARAH TURUNNYA AL QURAN
A. Pendahuluan
Sejarah turunnya Al Quran memiliki makna yang sangat dalam bagi penghuni langit dan bumi, sekaligus sebagai rahmat dan petunjuk untuk membimbing manusia. Peristiwa besar yang menyatakan kerasulan, Muhammad SAW.
Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk memberikan jawaban atas keterpurukan akidah dan akhlak manusia, gelapnya sendi-sendi kehidupan kemanusiaan. Kondisi kehidupan yang telah melampaui fitrah kemanusian, menyalahi aturan dan substansi yang telah diletakan oleh para rasul sebelumnya.
Syaikh Manna’ Al Qaththan dalam Mabahits Fii ‘Ulumil Quran yang diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni dalam bukunya “ Pengantar Studi Ilmu Al Quran “ menyatakan bahwa :
“ Allah menurunkan Al Quran kepada Rasul kita Muhammad Shallalahu Alaihi wa Sallam untuk membimbing manusia. Turunnya Al Quran merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya Al Quran pertama kali lailatul qadr merupakan pemberitahuan kepada alam samawi yang dihuni para malaikat tentang kemulian umat Muhammad. Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah barunya agar menjadi umat paling baik yang dikeluarkan bagi Manusia. Turunnya Al Quran yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya, sangat mengejutkan orang dan menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia hikmah Ilahi yang ada dibalik itu. Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam tidak menerima risalah besar ini dengan cara sekali jadi, dan kaumnya pun yang sombong dan keras kepala dapat takluk dengannya. Adalah wahyu turun berangsur-angsur demi menguatkan hati Rasul dan menghiburnya relevan dengan peristiwa dan kejadian-kejadian yang mengiringinya sampai Allah menyempurnakan agama ini dan mencukupkan nikmat-Nya.¹
¹ Syaikh Manna’ Al Qaththan, Mabahits Fii ‘Ulumil Quran, diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni, Pengantar Studi Ilmu Al Quran, Pustaka Al Kautsar, 2006. Hal.124
1
2
Al Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui proses yang cukup lama. Proses turunnya Al Quran berupa wahyu Ilahi yang disampaikan kepada Rasulullah SAW diterima melalui berbagai bentuk penyampaian wahyu. Dalam proses inilah terkandung nilai-nilai yang amat tinggi, nilai-nilai intelektual dan nilai-nilai kerohanian yang amat dalam.
Al Quran mulai diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ketika sedang berkhalwat di gua Hira pada malam senin bertepatan dengan tanggal tujuh belas Ramadan tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW ( 6 Agustus 610 M ). Sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran Al Quran, Allah menjadikan malam permulaan turunnya Al Quran itu malam Al-Qadar yaitu suatu malam yang tinggi kadarnya².
Berkhalwat merupakan langkah penyucian diri, merenung dan bertafakur serta membangun kemampuan intelektual yang dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk menerima risalah Ilahi dan tugas berat untuk menyampaikan risalah itu kepada umat manusia.
B. Proses Turunnya Al Quran
Pada masa Rasulullah SAW proses turunnya Al Quran terus berlangsung. Setelah wahyu pertama diturunkan ( QS: Al Alaq 1-5) untuk memberi ketegasan akan kerasulannya dan tugas besar telah menanti untuk segera menyampaikan risalah.
Al Quran itu diturunkan sedikit demi sedikit, berangsur-angsur bukan sekaligus semuanya. Memang sudah diperoleh kenyataan dari dari analisa yang lengkap bahwa Al Quran itu diturunkan menurut keperluan lima ayat, sepuluh ayat, kadang-kadang lebih atau hanya setengah ayat.
Misalnya ayat yang menerangkan tentang cerita tuduhan terhadap Aisyah yang terdapat pada surah An Nuur dan ayat-ayat pada permulaan surah Al Mu’minin, ayat yang diturunkan sekaligus sepuluh ayat.
2 Tengku Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur,an & Tafsir, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang, cet ketiga 2010, hal. 19
3
Dan contoh lain yang dapat perhatikan dari ayat Al Quran yang hanya diturunkan setengah ayat saja seperti yang terdapat pada surah At-Taubah ayat 28.
حَكِيمٌ عَلِيمٌ اللَّهَ إِنَّ شَاءَ إِنْ فَضْلِهِ مِنْ اللَّهُ يُغْنِيكُمُ فَسَوْفَ عَيْلَةً خِفْتُمْ وَإِنْ …
“… Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS:9:28)³
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, menulis dalam bukunya “ Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur’an & tafsir “ bahwa :
An- Nakhrawy dalam kitab Al-Waqap berkata: “ Al-Qur’an itu diturunkan bercerai-berai, satu ayat, dua ayat, tiga ayat, empat ayat dan lebih banyak dari itu “ Diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dari Khalid ibn Dinar, mengatakan bahwa Abu Al-aliyah berkata:” Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat, karena Nabi menerimanya dari Jibril lima ayat-lima ayat, Jibril menyampaikannya kepada Nabi sejumlah itu. Sesudah Nabi menghafalnya, barulah di sampaikan yang lain “. 4.
Di samping itu, terdapat pula perbedaan ulama mengenai proses turunnya Al- Quran ketika memahami ayat yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 185 dan Surah Al- Qadar ayat 1
… وَالْفُرْقَ انِلْهُدَى مِنَ وَبَيِّنَاتٍ لِلنَّاسِ هُدًى الْقُرْآنُ فِيهِ أُنْزِلَ الَّذِي رَمَضَانَ شَهْرُ
Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). ( QS;Al-Baqarah;185 ) 5
الْقَدْرِ لَيْلَةِ فِي أَنْزَلْنَاهُ إِنَّا
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan ( QS; Al-Qadr;1 ) 6
³ Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Yayasan penyelenggara
penterjemah Al-Qur’an, Jakarta. Hal. 282
4 Tengku Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, op-cit., hal. 41
5 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, op-cit., hal.45
6, Ibid., hal.1082
4
Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, kemudian dipegang oleh jumhur ulama, bahwa yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur’an dalam kedua ayat di atas ialah turunnya Al-Qur’an sekaligus ke Baitul ‘Izzah dilangit dunia untuk menunjukkan kepada para malaikat-Nya bahwa betapa besar masalah ini. Selanjutnya Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam, secara bertahap selama dua puluh tiga tahun sesuai dengan peristiwa yang mengirinya 7
Ibnu Abbas menyandarkan pendapatnya ini dengan mengemukakan sebuah dalil Al-Qur’an yang terdapat pada surah Al Isra ayat 106
تَنْزِيلا مُكْثٍ عَلَى النَّاسِ عَلَى لِتَقْرَأَهُ فَرَقْنَاهُ وَقُرْآنًا وَنَزَّلْنَاهُ
Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.( QS: Al Isra ayat 106 )
Pendapat kedua, yaitu yang diriwayatkan Asy-Sya’bi bahwa yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur’an dalam kedua ayat di atas ialah permulaan turunnya Al-Qur’an itu di mulai dari Lailatu qadr di bulan Ramadan yang merupakan malam yang diberkahi. Kemudian sesudah itu turun secara bertahap sesuai dengan berbagai peristiwa yang mengirinya selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Dengan demikian Al-Qur’an hanya satu macam cara turun, yaitu secara bertahap kepada Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam Sebab inilah yang dinyatakan oleh Al-Qur’an.8
C. Cara Al Quran di Turunkan ( di Wahyukan )
Al Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur, bertahap, ayat demi ayat menghadirkan sistem penurunan yang sarat hikmah, makna yang amat dalam dan bernuansa Intelektual.
1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi SAW tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa itu sudah berada saja dalam kalbunya.
2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi SAW berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
3. Wahyu datang seperti gemerincingnya lonceng. Dan cara ini yang amat berat dirasakan oleh Nabi SAW, kadang-kadang keningnya berpencaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu dimusim dingin.
4. Malaikat menampakan dirinyakepada Nabi SAW seperti wujud aslinya. 9
7 Syaikh Manna’ Al Qaththan, Mabahits Fii ‘Ulumil Quran, diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni, op.cit, hal. 125
8 Ibid, hal.126
9. Departemen Agama RI, op.cit, hal. 16
5
Disamping itu, pendapat lain ada yang mengemukakan bahwa ada tujuh cara wahyu itu diturunkan kepada Rasulullah SAW, seperti yang ditulis oleh Tengku Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy dalam buku “ Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur,an & Tafsir”.
Al-Iraqi dalam Tharh at Tatsrib mengatakan bahwa As Suhaily telah mengumpulkan dalam kitabnya Ar-Raudh al-anif terdapat tujuh cara wahyu yang diterima Nabi SAW
Pertama, Mimpi. Kedua, dihembuskan ke dalam jiwa Nabi perkataan yang dimaksudkan . Ketiga, gerincingan lonceng yang sangat keras. Martabat inilah yang paling berat diterima Nabi. Keempat, malaikat mnyerupakan dirinya sebagai seorang lelaki. Jibril pernah datang kepada Nabi dalam rupa Dihyah ibnu Khalifah, seorang lelaki yang sangat elok rupanya. Kelima, Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi dalam rupanya yang asli yang mempunyai enam ratus sayap. Keenam, Allah berbicara dengan Nabi dari belakang hijab, baik Nabi dalam sadar ( jaga) seperti di malam isra ataupun dalam tidur. Ketujuh, Israfil turun membawa beberapa kalimat wahyu, sebelum Jibril datang membawa wahyu Al-Qur’an.10
Sementara itu, Prof.Dr. H. Athaillah, M.Ag dalam bukunya “ Sejarah al-Qur’an Verifikasi tentang Otentisitas al-Qur’an “ menulis bahwa Al Quran itu diturunkan dalam tiga cara.
Pertama, melalui wahyu. Yang dimaksud dengan wahyu di sini adalah ilham dan makna ( Pengertian ) yang dimasukkan ke dalam hati, baik dikala jaga seperti yang dialami oleh Ibu Musa agar menyusui putranya itu maupun dikala tidur, seperti yang dialami oleh Nabi Ibrahim agar menyembelih putranya, Ismail.
Kedua, berfirman dari balik tabir. Maksudnya, seseorang dapat mendengar firman Allah, tetapi tidak dapat melihat-Nyaseperti yang pernah dialami oleh Nabi Musa di bukit Thursina.
Ketiga melalui seorang malaikat yaitu Jibril as, yang bergelar “Ruh al-Qudus dan Ruh al-Amin.11
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan secara substansi memiliki kesamaan pandangan bahwa Al Quran itu diturunkan dengan cara yang khas, ketajaman intelektual, kesucian rohani yang amat tinggi yang berada jauh di atas martabat manusia kebanyakkan. Artinya, Al Quran itu diturunkan kepada manusia pilihan, yaitu Rasulullah, Muhammad SAW.
10 Tengku Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, op-cit., hal. 15
11 Prof.Dr. H. Athaillah, M.Ag, Sejarah al-Qur’an Verifikasi tentang Otentisitas al-Qur’an, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,cet.1, 2010, hal.112
D.
6
Periodisasi Turunnya Al Quran
Menurut Syaikh Al Hudlari dalam bukunya, Tarikh Tasyri” menyatakan bahwa masa turunnya Al Quran yang dimulai dari tanggal 17 Ramadan tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW hingga akhir turunnya ayat pada 9 zulhijjah tahun ke-63 dari usia beliau, tidak kurang dari 22 tahun 2 bulan 22 hari.¹²
Sedikit berbeda dengan apa yang ditulis oleh Syaikh Manna’ Al Qaththan dalam Mabahits Fii ‘Ulumil Quran, diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni, Pengantar Studi Ilmu Al Quran. Dengan mengemukakan pendapat bahwa Al Quran secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun. Tiga belas tahun di Makkah dan sepuluh tahun di Madinah.¹³
Perbedaan pendapat tentang lamanya Al Qur’an diturunkan, ini tergantung cara pandang mereka dalam mengurai lamanya Rasulullah SAW bermukim di Makkah sesudah diutusnya Rasulullah SAW untuk menyampaikan risalah.
Oleh karena itu, para ulama membagi masa turunnya Al Quran ini ke dalam 2 periodesasi turunnya Al Quran, yaitu;
1. Periode Makkah,
Periode Makkah dimulai ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira, bertepatan dengan 17 Ramadan tahun ke-41 dari kelahiran Rasulullah SAW.
¹² Ibid, hal. 144
¹³ Syaikh Manna’ Al Qaththan, Mabahits Fii ‘Ulumil Quran, diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni, op.cit, hal. 132
7
Tengku Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, menulis bahwa periode Makkah dilihat dari Masa Nabi SAW bermukim di Makkah, yaitu selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, dari 17 Ramadan tahun ke-41 dari milad hingga Rabiul Awal tahun 54 dari milad Nabi. Dan seluruh surah yang turun di Makkah itu disebut Makkiyah.14
Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah surat yang diturunkan di Makkah. Al-Khudary dalam kitab Tarikh Tasyri menetapkan bahwa pada periode Makkah jumlah surat yang turun adalah 19/30 dari isi Al Quran terdiri atas 86 surat.
Adapun tertib turunnya Al Quran dalam konteks ayat-ayat Makiyyah menurut keterangan sebagian ulama adalah sebagai berikut:
1. Al Alaq 29. Al Qurays 57. Luqman 85. Al Ankabut
2. Al Qalam 30. Al Qari’ah 58. Az Zumar 86. Al Muthafifin.15 [[
3. Al Muzammil 31. Al Qiyamah 59. Saba
4. Al Muddatsir 32. Al Humazah 60. Ghafir
5. Al Fatihah 33. Al Mursalat 61. Fushshilat
6. Al Lahab 34. Qaf 62. Asy Syura
7. At Takwir 35. Al Balad 63. Az Zukhruf
8. Al A’la 36. Ath Thariq 64. Ad Dukhan
9. Al Lail 37. Al Qamar 65. Al Jatsiah
10. Al Fajr 38. Shad 66. Al Ahqaf
11. Ad Dhuha 39. Al A’raf 67. Al Dzariyat
12. Al Insyirah 40. Al Jin 68. Al Ghasyiah
13. Al Ashr 41. Yaasiin 69. Al Kahf
14. Al Adiyat 42. Al Furqan 70. An Nahl
15. Al Kautsar 43. Fatir 71. Nuh
16. At Takatsur 44. Maryam 72. Iberahim
17. Al Ma’un 45. Thaha 73. Al Anbiya’
18. Al Kafirun 46. Al Waqi’ah 74. Al Mu’minan
19. Al Fiil 47. Asy Syu’ara 75. As Sajadah
20. Al Falaq 48. An Naml 76. Ath Thur
21. An Naas 49. Al Qashah 77. Al Mulk
22. Al Ikhlas 50. Al Isra’ 78. Al Haqqah
23. An Najm 51. Yunus 79. Al Ma’rij
24. Abasa 52. Hud 80. An Naba
25. Al Qadar 53 Yusuf 81. An Nazi’at
26. Asy Syamsu 54. Al Hijr 82. Al Infithar
27. Al Buruuj 55. Al Ana’m 83. Al Insyiqaq
28. At Tin 56. Ash Shaffat 84. Ar Rum
14 Tengku Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, op-cit., hal. 44
15 Ibid, hal.46
2.
8
Periode Madinah
Pada periode Madinah di awali dengan hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah dan menetap, dan diakhiri dengan turunnya ayat terakhir pada tanggal 9 Zulhijjah tahun ke-10, yang dikenal dengan haji wada’.
Selama periode Madinah Al Quran turun sebanyak 11/30 dari isi Al Quran terdiri atas 28 surat yang kemudian ditetapkan dengan sebutan ayat-ayat Madaniah. Mengenai jumlah ayat-ayat madaniah kalangan ulama berbeda pendapat, namun secara substansi perbedaan itu dilatarbelakangi rumusan mereka bahwa ada ayat-ayat yang turun di Makkah meski itu terjadi sesudah hijrahnya Rasulullah SAW.
Adapun tertib turunnya Al Quran dalam konteks ayat-ayat Madaniyah menurut keterangan sebagian ulama adalah sebagai berikut:
1. Al Baqarah 15. Al Hujurat
2. Al Anfal 16. At Tahrim
3. Ali Imran 17. At Taghaban
4. Al Ahzab 18. Ash Shaf
5. Al Mumtahanah 19. Al Jumu’ah
6. An Nisa 20. Al Fath
7. Al Hadid 21. Al Ma’idah
8. Al Qital ( Muhammad) 22. At Taubah
9. Ath Thalaq 23. An Nashr
10. Al Hasyr 24. Az Zalzalah
11. An Nur 25. Ar Ra’d
12. Al Haj 26. Al Rahman
13. Al Munafiqun 27. Al Insan
14. Al Mujadalah 28. Al Bayyinah. 16
16 Ibid, hal.46
3.
9
Ciri-ciri Ayat Makkiyah dan Madaniah
Dari berbagai literature yang ada, para ahli dibidang ‘ulumul Quran telah menulis konsep dan analisis pemikiran mereka tentang ciri-ciri ayat-ayat Makiyyah dan ayat-ayat Madaniyah, berikut perbedaannya.
Konsep dan analisis pemikiran itu dituangkan dalam karya tulis mereka dengan gaya bahasa yang berbeda. Namun, Inti pembahasan mereka cenderung memiliki kemiripan. Artinya, secara essensial persoalan pokoknya dalam mengungkap ciri-ciri ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyah sama.
Untuk mengetahuinya, penulis rumuskan dalam tabel berikut.
CIRI-CIRI AYAT –AYAT MAKIYYAH DAN MADANIYAH
Ayat-ayat Makkiyyah
Ayat-ayat Madaniyyah
1. Ayatnya pendek ( qishar )
2. Kebanyakkan diawali dengan kalimat “ “
3. Berkaitan dengan tauhid, keimanan, akhlak dan budi pekerti
4. Terdapat ayat Sajadah
5. Terdapat lafal
6. Nada kata-katanya keras dan bersajak
1. Ayatnya panjang ( Thiwal)
2. Kebanyakkan diawali dengan kalimat “
3. Berkaitan dengan hukum yang jelas dan tegas
4. Berkenaan dengan legalisasi Jihad
5. Berisi kritik terhadap Ahli Kitab
6. Gaya bahasanya bernada datar
Dengan demikian pada periode Makkah, Al Quran diturunkan kepada Rasulullah SAW lebih menitikberatkan pada pemurnian akidah dan keimanan. Dan pada periode Madinah lebih banyak berorientasi penegakkan hukum.
E.
10
Kesimpulan
Sejarah turunnya Al Quran merupakan agenda besar untuk menyelamatkan umat manusia dari kesesatan akidah dan keimanan, mengangkat harkat dan martabat manusia melalui seorang utusan yang mulia, Rasulullah Muhammad SAW.
Sejarah itu dimulai sejak turunnya wahyu pertama surah Al Alaq 1-5 di gua Hira ketika Nabi Muhammad SAW berkhalwat bertepatan dengan 17 Ramadan tahun ke-41 dari kelahirannya dan berakhir setelah wafatnya Rasulullah, Muhammad SAW pada 12 Rabiul ‘awal
Proses turunnya Al Quran yang berangsur-angsur, bertahap ayat demi ayat mengandung hikmah yang amat dalam. Pertama, menguatkan hati Rasulullah SAW dalam menyampaikan risalah. Kedua, memudahkan Nabi SAW untuk menghapalnya. Ketiga, untuk memberikan jawaban terhadap berbagai peristiwa yang terjadi, sekaligus untuk mematahkan teori dan konsep yang mendiskriditkan Al Quran.
Turunnya Al Quran secara berangsur-angsur ayat demi ayat merupakan kontribusi yang amat baik bagi jiwa manusia untuk menghapal Al Quran, memahami, mempelajari, memikirkan makna-maknanya dan mengamalkan apa yang dikandungnya.
F. Daftar Bacaan
1. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Yayasan penyelenggara
penterjemah Al-Qur’an, Jakarta., Tahun 1983/1984
2. Syaikh Manna’ Al Qaththan, Mabahits Fii ‘Ulumil Quran, diterjemahkan oleh
H. Aunur Rafiq El-Mazni, Pengantar Studi Ilmu Al Quran, Pustaka
Al Kautsar, 2006
3. Tengku Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur,an &
Tafsir, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang, cet ketiga 2010
4. Prof.Dr. H. Athaillah, M.Ag, Sejarah al-Qur’an Verifikasi tentang Otentisitas
al-Qur’an, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,cet.1, 2010
Posting Komentar