PENDIDIKAN EMOSI DALAM AL QURAN DAN HADIS
Oleh: Drs. Muhamad Akli.M.Pd.I
Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan merasakan berbagai macam perasaan atau emosi. Terkadang diliputi perasaan cinta, benci, takut, aman, tenang, sedih, marah, cemburu, iri, dan emosi-emosi lainnya. Psikolog meneliti secara rinci,unsur-unsur, faktor penyebab dan pengaruhnya terhadap prilaku manusia dari
aspek fisik dan mentalnya.
Kesuksesan hidup manusia dipengaruhi oleh faktor Emosional Question ( EQ), di samping Intelegensi Question ( IQ ). Artinya kedua factor memberikan kontribusi dalam kesuksesan dalam menjalani hidup dan kehidupan. Tentunya, tidak melepaskan dari usaha dan ikhtiar lahir dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Bahkan dari beberapa penelitian menyatakan bahwa factor Emosi lebih dominan dalam mencapai kesuksesan baik dalam dimensi vertical mau pun horizontal yang bahasa Islam disebut dengan “ Habluminallah wa habluminannas “ , hubungan dengan Allah SWT dan hubungannya dengan sesama, bahkan dengan lingkungannya.
Dalam Al Quran persoalan emosi sering disebut dengan kalbu. Kata “Qalb” banyak di jumpai di dalam Al Quran. Bahkan di dalam hadis Rasulullah SAW banyak ditemukan kata-kata kalbu yang menunjukkan bahwa qalbu menempati posisi penting dalam meraih kebermaknaan hidup dan kehidupan baik masa sekarang mau pun yang akan datang.
Ayat-ayat Al Quran dan hadis dalam mengurai makna emosi digambarkan kondisi perasaan senang, takut, marah, benci, gembira, sedih, kecewa, atau dalam keadaan yang lain. Jika demikian terdapat makna bahwa emosi menurut Al Quran itu terbagi pada emosi yang besifat positif dan emosi negative.
Emosi positif mengantar manusia pada keimanan dan keyakinan akan kebenaran yang hakiki dan menjadi pembelajaran sekaligus penggerak dalam melaksanakan ibadah dan ketaatan pada Allah SWT. Sementara emosi negative cenderung menggerakkan kearah yang bertentangan dengan hakikat kebenaran.
B. Pengertian Pendidikan
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana prmbelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kecakapan mendasar manusia secara intelektual dan emosional manusia.
Pendidikan merupakan bagian interaksi sosial yang telah ada bersamaan dengan kehidupan manusia.
Dengan beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses mengembangkan kecerdasan emosional dan adanya perubahan tingkah laku.
C. Pengertian Emosi
Al Quran, memang tidak menunjuk secara langsung kata emosi. Namun, Al Quran banyak berbicara tentang prilaku manusia dalam beberapa peristiwa. misalnya kata “Sya’ura” yang dianggap dekat artinya dengan perasaan.
Drs. H.M. Arifin, M.Ed dalam buku ‘Psikologi dan beberapa aspek kehidupan rohaniyah manusia “ menyatakan persamaan antara emosi dengan perasaan melalui teori-teori tentang timbulnya emosi ( perasaan )
Dengan demikian emosi dapat diartikan suatu gejala yang muncul melalui fisik dan kejiwaan yang menimbulkan persepsi, sikap, dan tingkah laku.
D. Pendidikan Emosi
Dalam pendidikan emosi perlu ditekankan pada aplikasi kemampuan emosi secara proporsional yang wajar, harmonis, dan stabil. Pendidikan emosi ini berkaitan erat dengan pembentukkan watak ( karakter building ) serta akhlak individu.
Melalui emosi, individu akan terdorong untuk hidup sukses atau sebaliknya, puas atau tertekan, menyesuaikan diri, optimis atau pesimis, slidaritas atau agresif , dan lain-lain.
Pada dasarnya, segala faktor yang menyangkut emosi berkaitan erat dengan jasmani dan rohani dalam tujuh lapangan kehidupan
1. Ilmu Pengetahuan, adanya emosi curiosity, dorongan ingin tahu, hingga termotivasi untuk belajar
2. Politik dan kepemimpinan, adanya emosi protektive dan self assettion
3. Aesthetis, seni keindahan, adanya emosi taajub terhadap alam sekitar
4. Ekonomi, adanya emosi mempertahankan diri melalui pemenuhan kebutuhan hidup
5. Sosial kemasyarakatan, adanya emosi gregarious atau berkelompok dan homososius atau bermasyarakat
6. Keagamaan, adanya fitrah untuk hidup beragama. Emosi religious atau naturaliter religiosa
7. Berkeluarga, adanya emosi eros atau emosi sexual.
PENDIDIKAN EMOSI DALAM AL QURAN DAN HADIS
“ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS Ali Imran 14 )
Pada ayat diatas dengan tegas dinyatakan bahwa emosi merupakan fitrah, yang dalam hidup dan kehidupan berisikan rangkaian kegiatan rohaniyah yang tercermin dalam aktivitas kehidupan individu atau kelompok.
Kemudian Allah SWT menerangkan pada ayat berikut bagaimana emosi senang itu menjadi anugerah yang besar.
" Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan. yang besar (syurga), Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan.”
Emosi senang terpancar bahasa fisik yang sekaligus pencerminan sikap batin yang menyelimutinya. Al Quran mengungkap bahasa fisik tersebut.
" Banyak muka pada hari itu berseri-seri. Tertawa dan bergembira ria,
Eksperesi emosi senang melalui bahasa fisik, mengacu pada fitrah manusia yang memiliki kecenderungan (predisposisi) tertarik pada lawan jenis, keturunan, harta yang melimpah dan lain-lain
Emosi senang yang diperoleh karena taat kepada Allah SWT dan berbakti kepada orang tua. Islam mendidik umatnya agar berbakti kepada kedua orang tua. Dalam hal ini Al Quran menerangkan
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu,
Kemudian Allah memberikan contoh bagaimana emosi senang itu terbit ketika manusia diberi suatu rahmat, dan terhindar dari bala dan bencana.
“ Jika mereka berpaling Maka kami tidak mengutus kamu sebagai Pengawas bagi mereka. kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari kami dia bergembira ria Karena rahmat itu. dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) Karena Sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat). “ (QS 42: 48)
Baghawi Abu Muhammad al Husain Ibnu Mas'ud al Farra dalam “ Al Ma'alim al Tanzil “ menyatakan bahwa “ Kata Fariha ( gembira, senang) yang di sebut pada ayat di atas merupakan gambaran suasana emosi dalam bentuk kepuasan ketika mendapatkan apa yang diinginkan”.
B. Emosi Marah
" Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah" .
Emosi marah yang dijelaskan Al Quran pada ayat di atas, berdampak pada fisik dan psikis. Secara fisik ekpresi emosi marah terlihat raut muka, perkataan, dan tindakan. Dan secara psikis akan berpengaruh terhadap temperature mental.
Pada sisi lain menggambarkan peristiwa emosi kompleks terbalik. Kompleks karena dia mengandung emosi keluh kesah, kesedihan, ketakutan, akan kemiskinan dan aib.
Emosi marah cenderung negatif apabila tidak di dasari keimanan yang kuat terpatri dan keyakinan yang teguh pada sebuah kebenaran. Al Quran memberikan solusi dan mengarahkan agar emosi marah berada pada tataran syar’i
به : ٩(
" Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya “
.Selanjutnya Al Quran juga menjelaskan bahwa dalam menempatkan emosi marah hendaknya selalu berorientasi pada upaya menegakan dan mempertahankan keimanan dan keyakinan serta nilai-nilai martabat manusia.
“ Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan dari padamu, dan Ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa “
Dalam ayat ini, memberikan solusi konsep pendidikan itu perlu ketegasan dalam menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Bersikap keras dan tegas memerangi kebodohan, kemiskinan dalam semua aspeknya. Karena orang-orang kafir selalu berusaha meruntuhkan keimanan dan keyakinan serta martabat manusia.
Namun, Allah SWT mengingatkan pada ayat berikutnya emosi marah membutuhkan pengendalian agar tidak terjebak pada situasi konfrontatif atau pun dekadensi moralitas
“ yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Demikian pula Rasulullah mengingatkan umatnya bahwa parameter kekuatan terletak pada kemampuan mengendalikan emosi marah sebab emosi marah dipengaruhi oleh dorongan hawa nafsu tak terkendali
عَنْ اَبِى هُرَيْرَهَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ ان رسو الله صلى الله عليه وسلم قال: ليس السديد با لصر عة انما الشديدالذى يملك نفسه عند الغيب
“ Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah SAW bersabda: Orang yang kuat itu bukan orang kuat berkelahi tetapi orang yang kuat itu ialah orang yang dapat menguasai nafsunya di saat dalam kondisi marah “.
Emosi marah sangat mempengaruhi fisik yang dapat mengakibatkan perubahan perangai, tegang, dan stress. Orang yang sedang marah akan melakukan perlawanan baik dengan perbuatan, lisan, dan tulisan.
Meredam emosi marah dapat dilakukan dengan relaksasi tubuh dengan melepaskan ketegangan. Rasulullah SAW memberikan solusi untuk meredam emosi marah
1. Membaca اعوذ با لله من الشيطا ن الرجيم
Rasulullah SAW bersabda
عن سليمان نبن صر د رصى الله عنه قال : كنت جالسا مع النبى صلى الله عليه وسلم ورجتلان يستبان واحد هما قداحمر وجهه وانتفخت او داجه فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم انى لا علم كامة لو قا لها لذ هب عنه ما يجد لو قال اعوذ بالله من الشيطان الرجيم ذهب عنه ما يجد فقا لوا له ان لنبى صلى الله عليه وسلم قال: تعوذبا لله من الشيطان الجيم
“ Dari Sulaiman bin shurrad ra, ia berkata: Aku pernah duduk bersama
Rasulullah SAW, tiba-tiba ada dua orang laki-laki yang sedang memaki
yang seorang wajahnya merah dan urat lehernya tegang (merah) kemudian
Rasulullah SAW bersabda: “ Aku mengetahui satu kalimat yang kalau
Kalimat itu diucapkan tentu akan hilang apa yang sedang mengganggunya
( kemarahan ), yaitu bacalah : A’uudzubillaahi minasysyaithanir rajiim
( aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk ) “.
2. Mengatur posisi tubuh
“ Jika salah seorang diantara kalian marah, dan saat itu ia dalam keadaan berdiri, maka duduklah, karena hal itu akan menghilangkan amarahnya jika belum juga rela maka berbaringlah”
3. Berwudlu
Sungguh marah adalah setan. Dan sungguh, setan diciptakan dari api. Api hanya dapat dipadamkan dengan air. Maka jika salah seorang dari kalian marah wudhulah”
Solusi yang disebutkan dalam beberapa hadits ini, mengandung makna filosophi bagi dunia pendidikan terutama dalam proses pembelajaran. Ketenangan, gerak-gerakan fisik, kebersihan jiwa akan memudahkan transformasi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Di samping itu, interaksi edukasi kedua pihak menjadi kondusif, two way traffic menjadi lebih bernilai.
C. Emosi Sedih
“ Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis “
Kesedihan tak pernah diharapkan tapi kesedihan akan hadir tanpa di undang dalam lini kehidupan. Kesedihan juga dialami Nabi dan Rasul, bahkan intensitas kesedihan yang dialami oleh para rasul lebih berat.
Penggambaran emosi sedih di dalam Al Quran berbarengan dengan aneka peristiwa yang terjadi dalam hubungan interpersonal dan metapersonal. Meski demikian Allah tidak menghendaki larut dalam kesedihan, ketakutan, dan kekhawatiran.
1. Ekspresi Emosi Sedih
Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu." lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata Karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan
Banyak hal yang membuat emosi sedih. Misalanya, kegagalan, kesulitan, musibah, dan lain-lain. Ekpresi emosi sedih dengan isyarat cucuran air mata merupakan reaksi spontanitas dari repleksi jiwa. Memang, tidak semua cucuran air mata itu isyarat kesedihan, bisa juga berarti ungkapan kegembiraan.
Ibnu katsir menafsirkan ayat ini berkaitan dengan peristiwa perang tabuk. Bani Muqarin dari kalangan Muzayyanah yang menurut Ka’ab jumlah mereka tujuh orang yang menghadap Rasulullah SAW seraya menangis karena tidak dapat berpartisipasi dalam perang melawan orang kafir. Sementara kontribusi financial tidak mampu mereka berikan.
Baghawi menyebutkan kelompok tujuh ini dikenal dengan “ Al Bakkai’in “ orang yang mengucurkan air mata, mereka adalah: Ma’qal bin Yassar, Sakhr ibn Khansa, Abd Allah ibn Ka’ab Al Ansyari, Abdalah ibn Zaid Al-Anshari, Salim ibn Umayr, Tsa’labah ibn Ghanamah, dan Abd Allah ibn maghfal Al-Muzni.
Dari segi pendidikan dan pengajaran, Emosi sedih akan memuncul motivasi intrinsik, menjadi cemeti yang mampu memicu semangat kegigihan dalam mencapai tujuan sesuai petunjuk Al Qur’an.
2. Emosi Sedih dalam Proses Pendidikan dan Pengajaran
“ Sesungguhnya kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), Karena mereka Sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah “ (QS Al An’am ; 33)
Pada ayat diatas menjelaskan adanya interaksi dan komunikasi atau hubungan interpersonal yang membawa pada dinamika pergaulan dengan sejumlah karakter yang berbeda.
Emosi sedih yang menjadi bagian integral dari karakter individu makin terbangkitkan ketika malapetaka atau bencana menimpa.
“ Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka
dia menjadi putus asa lagi putus harapan.( Al Fushilat: 49 )”
Dari ayat ini tergambar bagaimana sebuah proses pendidikan dan pengajaran melalui ujian atau cobaan untuk mendapatkan kebaikan dan kecukupan nikmatNya. Lalu Allah SWT mengutus seorang guru/rasul untuk memberikan bimbingan, pendidikan, dan pengajaran
“Dan tidaklah kami mengutus para Rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” ( Al An’am:48 )
Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Adanya koreksi total untuk menuju kebaikan akan meningkatkan keimanan dan keyakinan akan sebuah kebenaran. Hanya bagi yang beriman yang mampu mengendalikan emosi sedih.
•
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. ( Al Baqarah : 277 )
Dari ayat ini memberikan inspirasi bahwa kehadiran seorang guru menjadi amat penting untuk memberikan pendidikan dan pengajaran. Terjalinnya interaksi dan komunikasi edukasi untuk meningkatkan taqwa kepadaNYA
M. Darwis Hude, menjelaskan, hubungan interpersonal manusia membawa dinamika dalam pergaulan karena keunikan tiap individu, masing-masing berbeda dalam cara pandang, kepribadian, kesukaan, kebiasaan, dan mungkin pula budaya atau hal-hal lain. Perbedaan-perbedaan ini berimplikasi pada hubungan sosial, baik antara individu dengan individu maupun kelompok
Ada simpul yang kuat ketika emosi sedih memenuhi ruang jiwa dan memerlukan bimbingan, pendidikan, dan pengajaran.
D. Emosi Takut
“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. ( Al Baqarah: 155 )
Emosi takut menurut penuturan Al Qur’an memiliki skala yang cukup luas. Ketakutan yang dimaksud bukan hanya ketakutan di dunia. Misalnya kelaparan, kehilangan jiwa dan harta, bencana alam, dan kematian. Tetapi juga ketakutan akan kesengsaraan di akhirat.
Adanya emosi takut menjadi pembeda yang tegas antara orang yang beriman dengan yang tidak beriman. Bagi orang yang beriman, adanya emosi takut menjadi motivasi untuk mencapai derajat yang tinggi di hadapan Allah SWT.
Emosi takut pada umumnya di picu oleh keinginan yang menggebu-gebu untuk mengejar kehidupan dunia semata, sekalipun kematian merupakan keniscayaan.
“ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ( Al Imran 185 )
Dalam ayat ini Allah mengingatkan bahwa, bahwa kehidupan dunia hanya sementara, maka diperlukan langkah-langkah yang seimbang antara keduanya ( dunia dan akhirat)
Emosi takut yang ada pada diri kita di ajarkan oleh Al Quran agar emosi takut hanya kepada Allah SWT. Jelasnya adanya emosi takut merupakan emosi yang bersifat preventif, mencegah untuk berbuat kemaksiatan dan terjerumus dari kebinasaan.
1. Ekpresi Emosi Takut
“. Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir( Al Baqarah 19)
Emosi takut dalam ayat ini, menggambarkan adanya perubahan tingkah laku. Mulai menutup telinga dengan menggunakan anak jari tangan. Raut muka pucat pasi, berteriak histeris, lompat, lari, merunduk, menghindar, dan tindakan lain dalam bentuk perubahan fisik. Dan phikis. Berupa denyut nadi meningkat, jantung bedebar-debar, pandangan mata kabur, keringat dingin, dan persedian terasa lemas.
2. Perumpamaan Emosi Takut
Allah SWT memberikan contoh bagaimana emosi takut yang mencekam ketika manusia di hadapkan pada suatu situasi dan keadaan yang menggetarkan jiwa. Di mana tidak seorang pun mampu melepaskannya, kecuali hanya Allah SWT yang mahapengasih lagi mahapenyayang yang mammpu melepaskannya.
“ Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku." ( Al An’am : 15 )
Al Quran dalam ayat ini mengajarkan pentingnya berbuat taat dan meninggal perbuatan maksiat dan mungkar. Al Quran dalam membuka pintu minta ampun, taubat, dan penutup segala dosa terhadap yang berbuat salah untuk melepaskan mereka dari siksaan batin dan menyelamatkan mereka supaya jangan merasa runtuh ( breakdown ) dan dipengaruhi oleh rasa putus asa dan dosa.
Tegasnya, manfaat emosi takut menurut perspektif Al Quran tidak sebatas menjaga dari hal-hal yang desktruktif, tetapi juga mendorong untuk menyelamatkan diri dari azab Allah di akhirat kelak.
Nampaknya kematangan emosi takut yang didorong landasan Qurani akan memuncul pribadi-pribadi yang taqwa dalam bersikap, skill, dan berbuat.
Emosi takut memberikan implikasi yang memotivasi kerja, belajar, mengajar, berdagang dan lain-lain selama emosi takut menempati posisi ilahiah.
E. Emosi Benci
“ Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Quran, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya, ( AL Isra : 17 )
Ekpresi emosi benci pada ayat di atas dalam bentuk prilaku fisik, berpaling, melongos, membelakangi lawan bicara. Dan bahkan dalam sikap jiwa mereka berpaling karena kebencian. Sikap kebencian yang bersumber dari tertutupnya nurani untuk menerima kebenaran.
Al Quran memberikan contoh bagaimana emosi benci itu mempengaruhi pribadi atau pun kelompok.
“ Dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.( Az Zumar:45)
Emosi benci hampir selalu mengarah pada kebencian pada kebenaran yang datangnya dari Allah SWT berupa wahyu itu sendiri. Tema-tema yang terkait dengan emosi benci dalam Al Quran lebih sedikit dengan tema-tema kesenangan dan kebahagiaan.
Pendekatan Al Quran lebih cenderung banyak mengarah pada reward ( ganjaran/targhib) dari pada punishment atau hukuman, ancaman, dan tarhib). Hal ini merupakan sebuah strategi pengajaran dan pembelajaran dan sekaligus motivasi untuk berbuat kebaikan.
Abu Ayyub meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda “ Tidak halal bagi kaum muslimin untuk tidak mengajak bicara saudaranya ( karena dorongan kebencian) lebih dari tiga hari. Keduanya saling bertemu, namun saling berpaling, yang terbaik diantara keduanya adalah yang mengucapkan salam lebih dahulu ”
Emosi benci terhadap suatu prilaku terkadang sulit dipisahkan dengan pelakunnya. Ketika kita tidak menyukai pergunjingan/ghibah, maka kita serta merta tidak menyukai pelakunya. Atau sebaliknya, membenci seseorang yang pada gilirannya berimbas pada kebencian terhadap tindak tanduknya.
Dengan demikian emosi benci itu bernilai positif apabila didasari nilai-nilai ilahiah atau Qurani. Dan Sebaliknya emosi benci menjadi negatif apabila dipengaruhi nafsu dan syaithaniah.
F. Emosi Heran dan Kaget
“ Telah dekat terjadinya hari kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. Maka Apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu melengahkan(nya)? Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia). “ ( An Najm : 57 s.d 62 )
Di dalam Al Quran munculnya sejumlah ayat sebagai fenomena yang terjadi membuat emosi heran dan kaget menjadi bagian integral dalam kehidupan.
Dalam bahasa Al Quran untuk heran dan kaget dikenal dengan takjub. Emosi ini akan melahirkan sikap dan prilaku spontan. Misal, berteriak, terperanjat, mata terbelalak, merinding, latah, tertawa, dan sebagainya.
Emosi heran dan kaget berada pada garis kontinum yang sama. Heran berawal dari terjadinya sesuatu di luar dari apa yang dibayangkan. Sedang kaget bermula dari sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba.
Intensitas emosi kaget lebih dalam dibanding emosi heran. Akibatnya emosi kaget menimbulkan perubahan fisiologis. Dalam emosi kaget lebih dalam karena mempengaruhi organ tubuh. Misalnya, denyut jantung begitu cepat, nafas tersengal-sengal, mata melotot, dan lain-lain
حَدَّثَنِي أَبُو خَيْثَمَةَ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ كَهْمَسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ ح و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ وَهَذَا حَدِيثُهُ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا كَهْمَسٌ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ قَال ثُمَّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِي يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُم
“ Telah menceritakan kepadaku Abu> Khais\amah Zuhair ibn Harb telah menceritakan kepada kami Waki‘ dari Kahmas dari ‘Abd Allah ibn Buraidah dari Yahya ibn Ya'mar (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami ‘Ubaid Allah ibn Mu‘a\ al-‘Anbari dan ini hadisnya, telah menceritakan kepada kami Bapakku telah menceritakan kepada kami Kahmas dari Ibnu Buraidah dari Yah}ya ibn Ya‘mar dia berkata, Kemudian dia mulai menceritakan hadis seraya berkata, ‘Umar ibn al-Khattab berkata, 'Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah saw., lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi saw. lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi saw., kemudian ia berkata, 'Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam? ' Rasulullah saw. menjawab: "Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadlan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.' Dia berkata, 'Kamu benar.' ‘Umar berkata, 'Maka kami kaget terhadapnya karena dia menanyakannya dan membenarkannya.' Dia bertanya lagi, 'Kabarkanlah kepadaku tentang iman itu? ' Beliau menjawab: "Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk." Dia berkata, 'Kamu benar.' Dia bertanya, 'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? ' Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." Dia bertanya lagi, 'Kapankah hari akhir itu? ' Beliau menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Dia bertanya, 'Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya? ' Beliau menjawab: "Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuan-Nya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan." Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian beliau berkata; "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?" Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Beliau bersabda: "Itulah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang pengetahuan agama kalian'.
Hadits diatas memicu emosi heran dan kaget, para sahabat Nabi SAW, terutama Umar Khattab, manakala hadir seorang laki-laki langsung berhadapan dengan Nabi SAW sampai lutut keduannya bersentuhan. Emosi heran dan kaget semakin menjadi ketika laki-laki itu bertanya lalu membenarkan jawaban Nabi SAW.
Secara umum orang yang bertanya, biasanya tidak mengetahui. Tetapi ini justeru sebaliknya. Terpantiknya emosi heran dan kaget menimbulkan rasa penasaran dan ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi. Ini konsep pendidikan yang diajarkan Rasulullah SAW, bagaimana memunculkan rasa ingin tahu sehingga terjadi interaksi edukasi yang bernilai positif.
Pakar psikologi menjelaskan bagaimana membangun interaksi pembelajaran yang berawal dari adanya keinginan untuk mengetahui sesuatu dan merupakan motivasi intrinsik yang terbangun atas kesadaran individu.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan adalah suatu proses mengembangkan kecerdasan emosional dan adanya perubahan tingkah laku.
2. Emosi adalah suatu gejala yang muncul melalui fisik dan kejiwaan yang menimbulkan persepsi, sikap, dan tingkah laku.
2. Kandungan Al Quran dan hadis, secara ekplisit kata yang bermakna emosi lebih mengarah pada ungkapan perasaan atau sya’ara sementara secara implisit lebih banyak dan mengandung kalimat-kalimat pada tingkah laku manusia yang mengarah pada deteksi rohaniyah.
a. Macam-macam emosi yang merupakan potensi dasar, yaitu: Emosi senang, emosi marah, emosi sedih, emosi takut, emosi benci, emosi heran dan kaget
b. Indikator-indikator emosi akan tercermin dalam bentuk fisik dan psikologis. Misalnya muka pucat, gemetar, detak jantung yang cepat, berkeringat dingin, dan lain-lain
3. Urgensi emosi antara lain:
a. Memberikan motivasi dalam lapangan kehidupan, belajar, bekerja, melindungi diri, dan lain-lain
b. Mendorong terbentuk sebuah kesadaran individu
c. Menjadi pondasi dalam melakukan amal perbuatannya
B. Implikasi dan Saran
Setelah mengetahui bagaimana emosi menurut Al Quran dan Hadis itu dan pentingnya untuk diketahui, diharapkan kepada orang beriman atau yang mengaku dirinya sebagai orang yang beriman agar senantiasa menambah keimanan dengan menempatkan emosi pada proporsinya sesuai tuntunan Al Quran dan Hadis Nabi SAW. Karena banyaknya pengaruh-pengaruh yang membuat emosi itu tak terkendali, maka sebagai seorang mukmin yang cerdas akan mempergunakan emosinya sesuai tuntunan Al Quran dan Hadis Nabi tersebut.
Pembahasan dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan kedepan.
Posting Komentar