Madrasah, UN dan Masa Depan Umat
Oleh: Muhamad Akli
Madrasah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran ganda, baik sebagai pengembang keilmuwan duniawi maupun khazanah keilmuwan ukhrawi. Madrasah sejak dari Taman Kanak-kanak sampai tingkat menengah atas telah melaksanakan tugasnya yang diperankan oleh guru sebagai individu yang digugu dan ditiru oleh peserta didik.
Percaya diri sebagai guru madrasah, tekad, dan keyakinan yang kokoh untuk terus berjuang menegakkan sendi-sendi pendidikan dan ukhuwah akan mampu memicu semangat mendidik peserta didik, meski tantangan yang dihadapi begitu berat. Percaya imbalan pahala dari Allah SWT jauh lebih bernilai dari materi.
Rasulullah memotivasi umatnya melalui sabdanya “ Apabila mati anak Adam maka putuslah amalnya, kecuali 3 perkara, sadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan kesalehan anak yang selalu mendoakannya “
Tantangan berat bagi madrasah ketika berhadapan dengan UN. Beratnya tugas yang di emban guru madrasah, makin lengkap dengan kondisi madrasah yang berada di pedesaan dengan segala kekurangannya. Dalam kondisi serba terbatas ini, menuntut kinerja maksimal guru agar target UN dapat dicapai
Di pedesaan, madrasah yang akrab dengan kehidupan orang tua peserta didik yang mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian, cukup berpengaruh terhadap proses pembelajaran di madrasah, dan untuk menanamkan pemahaman terkadang macet, karena peserta didik tidak hanya semata-mata belajar tetapi ketika pulang telah menanti pekerjaan guna membantu orang tua menutupi keperluan rumah tangga.
Energi peserta didik yang seharusnya digunakan untuk belajar guna menghadapi UN, tetapi karena tuntutan kehidupan rumah tangga, tenaga mereka lebih diperlukan untuk membantu orang tua mencari nafkah. Belum lagi orientasi pola pikir orang tua yang pesimis, buat apa sekolah yang harus dipaksakan lulus UN, namun akhirnya kembali pada pekerjaan yang dilakoni setiap hari.
Berharap UN dapat dilaksanakan secara jujur, tentu keinginan semua pihak agar mutu pendidikan sesuai apa yang diharapkan. Namun, terkadang keinginan seperti ini kontradiktif dengan rasa keadilan. Keadilan yang berorientasi pada kehidupan orang tua, latar belakang pendidikan, dan lingkungan di mana peserta didik tinggal dan berinteraksi dalam kesehariannya.
Keadilan UN hanya dapat dicapai melalui klasifikasi standar kelulusan UN antara yang di perkotaan dengan pedesaan, yang lengkap fasilitas dengan fasilitas yang seadanya. Misalnya, diperkotaan yang lengkap fasilitas dengan standar 5,50. Dan yang berada di pedesaan, fasilitas seadanya dengan standar 4,50. Namun, sampai saat ini tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah ( kementerian Pendidikan Nasional ).
Jika begitu adanya, maka UN sejak kelahirannya terus menuai kritik dan sulit menilai bagaimana mutu pendidikan yang sebenarnya. UN terkesan menganaktirikan dan mengabaikan pelajaran lain termasuk pelajaran agama dan penilaian terhadap sikap dan keterampilan peserta didik karena dianggap tidak menentukan kelulusan UN.
Lalu bagaimana dengan nasib masa depan umat ? Apakah UN mampu memberikan pencerahan yang berarti bagi perubahan sikap peserta didik ? Menyanggah UN? tidak mungkin karena pemerintah (Kementerian Pendidikan Nasional) tegar dengan keputusannya, maka langkah yang dilakukan hanyalah menemukan solusi dan hikmahnya
Oleh karena itu, bagi madrasah yang penting adalah mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan kematangan religius agar eksistensi madrasah tetap mempertahankan nilai-nilai idealisme. Idealisme madrasah dengan menampilkan diri sebagai representasi ajaran Islam yang agung, indah dan sempurna.
Konsep dan prinsif ideal, seperti suasana kebersamaan, kerja keras, disiplin, optimisme yang menjauhkan dari sifat putus asa, mudah menyerah, selalu menjaga kebersihan baik lahir maupun batin menjadi esensi madrasah.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan punya tanggung jawab dalam mengantarkan peserta didik pada ranah yang lebih komprehensif, meliputi aspek-aspek intelektual, moral, spiritual dan keterampilan.
Krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa saat ini, membanjirnya jumlah pengangguran, demo pesanan dan anarkis, kualitas sumber daya manusia yang berakhlak rendah. Semuanya itu, hanya dapat diatasi dengan penyelenggaraan pendidikan yang seimbang, di mana salah satunya adalah memberikan perhatian kepada madrasah.
Oleh karena itu, membangun relegi peserta didik secara berkesinambungan, dengan mengangkat harkat martabat madrasah lewat upaya-upaya memperkokoh berbagai aspeknya merupakan keniscayaan jika kita benar-benar secara tulus ingin mempersiapkan masa depan umat yang lebih baik.
Masyarakat yang agamis, ekonomi cukup maju dan peduli pada madrasah, maka lembaga pendidikan Islam akan berkembang. Dan masa depan umat tetap terpelihara dalam koridor keimanan, kebenaran, dan teguh pendirian dalam menjalankan ajaran agama.
Posting Komentar