Bencana dan musibah yang datang silih berganti menimpa negeri kita tercinta; Indonesia. Banjir bandang, tanah longsor, meletusnya gunung merapi, puting beliung, sambaran petir dan beraneka bencana lainnya yang berdampak timbulnya kerugian harta dan korban jiwa. Namun, hanya sedikit di antara kita yang mampu mengambil pelajaran dari bencana yang terjadinya.
Bencana alam berupa banjir bandang, tanah longsor, dan berbagai bencana lainnya yang tak kenal apa yang dihadapannya; semua diterjang hingga menyisakan duka, air mata, dan tentu saja, hilangnya nyawa serta kerugian harta benda. Sebagai makhluk yang dikaruniai akal, tentu kita tidak hanya akan berhenti dan larut dalam duka dan kesedihan, serta tidak hanya membantu secara materi setelah itu merasa sudah berjasa karena saling membantu tanpa berintropeksi diri. Sudah selayaknya kita selalu mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang telah dinampakkan, sebagaimana firman-Nya :
إِنّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لاُوْلِي الأبْصَارِ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu—yakni bencana dan musibah—terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati” (QS. Aali ‘Imran : 13).
Sebagian orang yang percaya akan adanya Tuhan pasti akan melontarkan pertanyaan tersebut baik diucapkan melalui lisan atau hanya didalam hati, mereka berpikir bahwa bencana dan musibah ini murni memang kehendak Tuhan, sehingga Tuhan terkesan menzalimi ciptaan-Nya sendiri?! Coba kita lihat apa yang dikatakan Tuhan. Dia berfirman;
وَمَآ أَصَابَكُمْ مّن مّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُواْ عَن كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Tuhan memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy-Syuuraa : 30).
Dr. Muhammad bin Sulaiman Al-Asyqaar berkata dalam Zubdatut-Tafsiir tentang ayat di atas : “Yaitu bahwa musibah-musibah apa saja yang menimpa kalian, maka sesungguhnya (kalian ditimpa musibah itu) sebagai hukuman bagi kalian karena kemaksiatan-kemaksiatan yang dikerjakan tangan-tangan kalian, dan Dia memaafkan sebagian dari kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan oleh para hamba, sehingga tidak dihukum/dibalas”
Dan Firman-Nya;
وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيّئَةٍ فَمِن نّفْسِكَ
“Dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari dirimu” (QS. An-Nisaa’ : 79).
Dari dua ayat tersebut, kita bisa menarik kesimpulan sebab asasi mengapa di negeri ini selalu ditimpa bencana serta musibah, belum usai satu, datang satunya lagi dengan jarak yang sangat berdekatan. Dan sebab asasi itu adalah segala tindakan manusia khususnya para manusia yang tidak bertanggungjawab yang bertindak tidak benar terhadap dirinya sendiri, sesama manusia serta terhadap lingkungan hidupnya, Banyak kisah dalam berbagai kitab suci khususnya Al-Qur’an yang mengabarkan kepada kita bagaimana kisah-kisah umat terdahulu yang terkena bencana dan musibah beserta sebab asasinya, semuanya berakar kepada lupa dirinya kita sebagai manusia kepada-Nya, bumi ini memang diperuntukkan untuk kita, tapi hanya satu-satunya yang menuntut pengelolaan yang baik.
Bagi mereka yang aktif bergelut dibidang kepedulian lingkungan teelah memperingatkan khususnya pemerintah akan dampak berlebihannya sikap segelintir pengusaha yang dengan tanpa peduli mengeruk Sumber Daya Alam. Pemerintah seharusnya jangan bersilat lidah agar lepas dari tanggungjawab serta melindungi mereka dengan dalih mereka memberikan kontribusi pajak serta membantu peningkatan ekonomi nasional. yang tidak sedikit, tapi apakah sebanding dengan apa yang terjadi kini.
Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk hidup selaras dengan alam. Kita harus merubah maindset, jangan hanya bagaimana cara mengambil manfaat dari lingkungan alam, tapi juga bagaimana kita bisa bermanfaat bagi kelestarian alam ini, demi masa depan generasi kita, dan demi rakyat Indonesia.
Ada tiga hal yang hendaknya dilakukan agar terhindar dan terlepas dari bencana/musibah. Pertama, Iman, yaitu percaya kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, dan apa yang telah Dia turunkan melalui Rasul-Nya. Iman ini mencakup ilmu dan amal dari hati dan anggota tubuh. Iman menuntut kita untuk menebarkan kebaikan ajaran agama berupa kasih sayang terhadap sesama manusia dan alam tempat tinggal kita.
Kedua, Taqwa, yaitu mengerjakan segala apa yang diperintahkan-Nya dengan ikhlas dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya. Dan ketiga, Taubat, yaitu meminta ampun atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan oleh diri pribadi, keluarga, pemimpin, dan masyarakat secara keseluruhan.
Pemerintah dan pengusaha seharusnya bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku, ketika peraturan melenceng harus segera diubah agar tidak terkesan memihak kepentingan materi semata. Dan ketika peraturan itu dalam masa perubahan, tidakkah para pengusaha memiliki inisiatif untuk peduli tanpa harus menunggu dituntut harus peduli oleh sebuah aturan. Introspeksi atas segala hal yang dilakukan menjadi dasar utama untuk melakukan langkah-langkah selanjutnya untuk kebaikan dan kesejahteraan rakyat. Bukankah ini merupakan cita-cita perjuangan bangsa indoneia?
أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىَ أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتاً وَهُمْ نَآئِمُونَ * أَوَ أَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىَ أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ * أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللّهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللّهِ إِلاّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur ? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalah naik ketika mereka sedang bermain ? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Tuhan (yang tidak terduga-duga) ? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Tuhan kecuali orang-orang yang merugi” (QS. Al-A’raf : 97-99).
Bencana dan musibah yang menimpa dijadikan jalan oleh Tuhan sebagai bentuk pelajaran dan teguran bagi semua penduduk negeri. Tapi, semuanya kembali kepada kita, apakah kita mau mengambil pelajaran atau tidak. Apa mesti ditimpa bencana dan musibah dulu secara langsung dan keseluruhan, baru mengambil pelajaran?
وَاتّقُواْ فِتْنَةً لاّ تُصِيبَنّ الّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصّةً
“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan (fitnah, bencana, dan musibah) yang tidak khusus menimpa orang-orang zalim saja di antara kamu” (QS. Al-Anfaal : 25).
Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa, menjauhkan kita dan memberikan kekuatan kepada kita agar bisa menjauhkan diri dari sikap zalim terhadap sesama dan alam sekitar kita. Amin.
Posting Komentar